
Bencana tanah bergerak yang melanda Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes sejak Kamis (24/4/2025) dini hari, memaksa ratusan warga meninggalkan rumah mereka demi keselamatan. Hingga Sabtu (26/4/2025), aktivitas pergerakan tanah belum menunjukkan tanda-tanda berhenti.
Akibat bencana ini, sebanyak 120 rumah warga mengalami kerusakan, 5 fasilitas umum terdampak, dan 15 rumah lainnya berada dalam kondisi terancam. Data dari BPBD Brebes mencatat, total 592 jiwa terdampak, dengan 474 orang di antaranya harus mengungsi ke posko darurat.
Empat dukuh yang terdampak langsung bencana adalah Karanganyar, Babakan, Cupang Bungur, dan Krajan. Warga yang mengungsi mayoritas tinggal di tenda-tenda darurat di Posko Gunungpoh, sementara sebagian lainnya menumpang di rumah kerabat di desa sekitar yang lebih aman.
“Kami tinggalkan rumah demi nyawa. Malam itu tanah terus bergerak, suara gemuruh di belakang rumah makin dekat,” ungkap Ahmad (45), warga Dukuh Krajan, saat ditemui di posko pengungsian.
Menurut warga, suara retakan tanah dan longsoran terdengar jelas sejak tengah malam. Trauma pun dirasakan sebagian besar warga, terutama anak-anak dan lansia. Sementara itu, akses jalan desa ikut terdampak akibat retakan tanah yang semakin melebar. Hal ini membuat proses distribusi logistik dan evakuasi berjalan lambat.
Kepala Desa Mendala, Muhammad Basori, menyebut kondisi di desanya semakin kritis.
“Pergerakan tanah kini mengarah ke Kali Pedes dan memunculkan retakan baru di RW 04. Kami sangat berharap bantuan dari berbagai pihak karena kebutuhan pengungsi terus bertambah, apalagi cuaca buruk masih terus mengancam,” ujarnya.
Bencana ini diduga dipicu oleh curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah tersebut selama beberapa hari terakhir. Struktur tanah di lereng Sirampog yang memang labil memperparah situasi.
Tanah di Desa Mendala mulai menunjukkan gejala pergerakan sejak Kamis (17/4/2025) lalu. Sejak saat itu, suara gemuruh dan tanah yang terus bergerak membuat warga harus meninggalkan rumah, lahan pertanian, dan lingkungan tempat mereka tinggal selama puluhan tahun.
Meski didera duka, semangat solidaritas tetap terjaga. Bantuan dari relawan, pemerintah daerah, BPBD, TNI-Polri, serta masyarakat umum terus mengalir ke lokasi bencana. Logistik, kebutuhan medis, serta tenda darurat terus disuplai.
“Bencana ini bukan cuma soal kehilangan rumah, tapi kehilangan harapan. Tapi kami tidak boleh menyerah. Bantuan dari berbagai pihak menjadi kekuatan kami untuk terus bertahan,” ucap Nurkhasanah (39), pengungsi dari Dukuh Babakan.
Pemerintah Kabupaten Brebes terus mengimbau warga untuk tetap waspada dan menjauhi area rawan. Evakuasi lanjutan pun masih dilakukan, khususnya bagi warga yang rumahnya berada di zona merah pergerakan tanah. (HEV/YUN)